Tiongkok Tunjukkan Teknologi Perubahan Iklim, Tapi Menahan Janji Baru di KTT Brasil

0
9

Tiongkok secara terang-terangan menunjukkan kemajuannya dalam bidang energi ramah lingkungan pada pertemuan puncak iklim PBB di Brasil, namun Tiongkok masih bungkam mengenai komitmen baru untuk mengurangi emisi atau memberikan bantuan keuangan untuk aksi iklim.

Kehadiran Tiongkok yang Terlihat

Negara ini memiliki salah satu paviliun terbesar dan berlokasi paling sentral di KTT tersebut, menarik banyak orang dengan pameran investasi globalnya dalam proyek energi terbarukan: pembangkit listrik tenaga surya, penyimpanan baterai, dan jalur transmisi di negara-negara seperti Arab Saudi, Mesir, dan Brasil. Tiongkok telah menjadi pemimpin dunia dalam bidang listrik yang dihasilkan oleh tenaga angin dan surya, dan secara agresif mengekspor teknologi ini bersama dengan kendaraan listrik.

Diplomasi Tenang di Balik Pintu Tertutup

Terlepas dari dominasi teknologinya, Tiongkok telah mengambil pendekatan hati-hati dalam negosiasi. Berbeda dengan AS di bawah pemerintahan Trump, yang menarik diri dari perundingan perubahan iklim, Tiongkok tidak mengambil tindakan untuk mengisi kekosongan kepemimpinan. Mereka menghindari mengambil sikap tegas dalam mengurangi pemanasan global, dan menolak membuat janji baru untuk pengurangan gas rumah kaca.

Dukungan Finansial Terbatas

Tiongkok juga belum meningkatkan bantuan keuangan kepada negara-negara berkembang yang berjuang beradaptasi terhadap perubahan iklim atau melindungi hutan tropis yang terancam. Para analis berpendapat bahwa Tiongkok saat ini tidak menunjukkan minat untuk mengambil peran sebagai pemimpin iklim global.

Konteks yang lebih luas penting : Keengganan Tiongkok bisa jadi disebabkan oleh prioritas ekonomi dalam negeri, ketergantungannya pada energi batu bara, atau keputusan strategis untuk menghindari komitmen berlebihan sebelum negara penghasil emisi besar lainnya mengambil tindakan. Kurangnya kepemimpinan yang kuat dari Tiongkok menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas hasil KTT tersebut.

Kesimpulannya, meskipun Tiongkok menunjukkan kehebatan teknologinya dalam bidang energi ramah lingkungan, Tiongkok belum mewujudkannya menjadi komitmen kebijakan konkrit pada pertemuan puncak PBB. Situasi ini menyoroti kesenjangan kritis dalam kepemimpinan iklim global, sehingga keberhasilan perundingan ini menjadi tidak pasti.